Kloningan

Saturday, March 12, 2016

Diplomasi Dansa China Berbuah Gas Murah

8 comments
Ngeri Ngeri Sedap, mungkin itulah pernyataan yang ada ketika melihat judul berita ini. Bahwa judul itu sebenarnya provokatif memang ya… Namun malah bikin kita sadar siapa sebenarnya Megawati? Yang harus bertanggungjawab atas semua yang terjadi atas sejumlah asset yang jual oleh Megawati pada saat menjadi Presiden tidak lepas dari soal usungan dia ke Jokowi saat ini.
Dari soal Indosat sampai Gas Tangguh, dari Sukhoi sampai penjualan VLCC, dan kebijakan yang absurd memberikan pengampunan kepada pengemplang BLBI melalui Release and Discharge. Khusus yang terakhir BLBI mereka kini berkongsi dukung Jokowi maju di Pilpres 2014.
Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dinilai sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas penjualan Indosat sebagai aset negara kepada pihak asing.
Penjualan aset negara kepada pihak asing sebagai pelanggaran yang luar biasa. “Indosat sebagai aset negara itu kesalahan fatal. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab, ya pemerintahan (Megawati) saat itu," kata Fadli Zon  Selasa (24/6/2014) usai debat Capres.
Penjualan aset negara kepada pihak asing sama saja melanggar UUD 1945. Aset negara untuk kesejahteraan rakyat. Itu adalah amanat konstitusi kita di pasal 33 UUD 45, tegasnya.
Seperti diketahui, ketika debat capres, Jokowi mengatakan Indosat merupakan aset strategis negara. Namun Indosat perlu dijual karena kondisi perekonomian saat itu tengah krisis

Gas Tangguh yang dijual murah berkat ajojing alias dansa Megawati dengan Wakil Presiden China Xi Jinping dengan Presiden RI saat itu

Soal Gas Tangguh yang dijual murah berkat ajojing alias dansa Megawati dengan Wakil Presiden China Xi Jinping dengan Presiden RI saat itu, Megawati Soekarnoputri dengan harga harga murah untuk gas alam dalam kontrak LNG Tangguh.


Ada pernyataan Xi Jinping yang disampaikan Wapres Jusuf Kalla saat itu dimana diberi kesempatan Presiden Yudhoyono menjelaskan proses renegosiasi kontrak LNG dengan China di hadapan sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden di Kompleks Istana di Jakarta, Kamis (28/8) beberapa waktu lalu.
"Itu Presiden Indonesia yang minta," kata Kalla menirukan pernyataan Xi Jinping saat mereka bertemu di Beijing pekan lalu.
"Benar, karena kita ini kan bersahabat, tapi mari kita bicara jangka panjang. Kalau kita bicara jangka pendek, OK proyek ini selesai. Bisa-bisa ini tidak akan jalan," tambah Kalla, mengulang percakapannya dengan Xi waktu itu.
Penjelasan Kalla di hadapan sidang kabinet paripurna ini terkait rencana pemerintah untuk melakukan renegosiasi harga proyek LNG Tangguh.

Harga gas alam dalam kontrak LNG ini dinilai sangat murah sehingga jika pada Oktober mendatang produksi gasnya sudah di ekspor ke China, maka Indonesia akan mengalami kerugian.
Menurut Kalla --waktu itu--, wapres China seorang yang sangat terbuka sehingga mau diajak berdiskusi. "Coba lihat keadaan. Masak Anda akan membeli gas negeri kami dengan harga seperdelapan dari harga dunia sekarang ini," kata Kalla lagi menirukan jawabannya kepada Xi.
Oleh karena itu, tambah Kalla, pemerintah akan mengajukan harga dan formula, dan latar belakang baru untuk merevisi kontrak LNG Tangguh.
Wapres Kalla menyatakan di akhir pertemuannya dengan wapres China, keduanya sepakat untuk membentuk tim negosiasi kembali. "Dan kami akan bertemu untuk merundingkan kembali kontrak itu," kata Kalla.

Lebih jauh, mengambil hikmah kontrak LNG yang kontroversial ini, wapres minta tim yang akan dibentuk untuk menegosiaasi kembali kontrak itu tidak tergesa-gesa mengambil keputusan apalagi jika tanpa dasar, demikian hal ini dilansir dari Kompas Kamis, 28 Agustus 2008 Yang patut dicatat adalah yang kini ada kabar gembira, bahwa Ladang gas Tangguh yang merupakan sebuah ladang gas alam yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, Indonesia.
Ironisnya, Gas Tanggih ini mengandung lebih dari 500 miliar m³ (17 Tcf) cadangan gas alam terbukti, dengan taksiran cadangan potensial mencapai lebih dari 800 miliar m³ (28 Tcf).
Seperti diketahui Ladang gas Tangguh dikembangkan oleh sebuah konsorsium beberapa perusahaan internasional, yang dipimpin oleh British Petroleum (37% saham), CNOOC (17%), dan Mitsubishi Corporation (16,3%). Mitra-mitra yang lebih kecil adalah perusahaan-perusahaan Jepang, yaitu Nippon Energy, Kanematsu,Sumitomo, dan Nissho Iwai.
Ladang ini ditemukan pada dasawarwa 1990-an dan mulai berproduksi dimulai pada bulan Juni 2009. Gas alam yang diekstraksi dari ladang akan dicairkan untuk membentuk gas alam cair (LNG - liquified natural gas) yang akan diangkut ke para konsumen di Asia, terutama Cina, Korea Selatan, dan Jepang.
Projek ini diharapkan membolehkan Indonesia untuk tetap menjadi pemasok penting bagi pasar gas alam dunia, sebagai pengganti bagi menyusutnya produksi Ladang gas Arun di Lhokseumawe, Aceh, Sumatera.
Ada kabar gembiranya, pada saat menjual gas Tangguh dengan harga USD 3,5 per mmbtu sudah sesuai dengan mekanisme pasar. Selain itu, saat itu, kata dia, pemerintah juga kesulitan menjual gas Tangguh. Pemerintah Megawati menjual gas ke China dengan harga USD 3,5 per mmbtu.
Dalam perjanjian harga tersebut tetap, tanpa mengikuti harga gas dunia. Ini jelas merugikan negara. Saat itu kabarnya Megawati dan para pejabat di China punya long history, kemudian dibuat keputusan bahwa satu untuk menghindari volatilitas penerimaan negara harga gas tidak dengan floating tapi dengan harga yang tetap. “Sehingga jika di kemudian hari kebijakan itu bermasalah, lanjut dia, hal itu adalah tanggung jawab pemerintah selanjutnya. Sebab Mega, kata Ekonom Megawati Institute Iman Sugema melihat kasus penjualan gas dari lapangan Tangguh seperti dikutip Merdeka.com 5 April 2014.

Penjualan gas dari Lapangan Tangguh di Papua telah dilakukan sejak 2002, ke Fujian di Tiongkok dan Sempra di Amerika Serikat (AS). Gas ini memang dijual murah dan sampai masa kontrak hingga 2034. Timbul sejumlah tanya kenapa harganya murah dan diharapakan bisa Renegoisasi. Namun Regnegosiasinya itu gagal sampai tiga kali. Karena China besikukuh, Dan angin segar berhembus dari Menteri ESDM Jero Wacik pada hari Bhayangkara (1/7/2014) yang menceritakan sejarah penjualan gas yang harganya disepakati US$ 2,4 per mmbtu di 2002 lalu. Harga ini tidak bisa dinaikkan meski harga minyak sudah melambung tinggi. "Tangguh di Papua Barat itu adalah gas besar sekali. Diolah, dibor disitu oleh operatornya adalah BP (British Petroleum). Itu kontrak yang terjadi tahun 2002. Jumlahnya 40 kargo per tahun. Kontraknya berlaku sampai 2034. Jadi sampai dengan tahun 2034, itu kontrak Tangguh," kata Jero di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (1/7/2014).

Adapun dalam kontrak tersebut, lanjut Jero, hasil dari produksi dua blok tersebut adalah untuk kepentingan ekspor yakni kepada Fujian dan Sempra. "Ada dua blok, itu kontraknya seluruhnya diekspor, 100% ekspor. Sebagian ke Fujian, sebagian ke Sempra, Amerika Serikat. Jadi 0% yang untuk domestik," lanjut Jero. Jero menyebutkan, kala itu harga gas ekspor yang ditetapkan mengacu pada Japan Crude Cocktail (JCC) atau harga acuan minyak Jepang. Namun demikian, masalah timbul lantaran pada penetapan harga acuan tersebut, dipatok harga maksimal JCC US$ 26 per barel.
Alhasil, harga tersebut bertahan selama masa kontrak, sehingga dianggap kemurahan. Apalagi harga JCC semakin meningkat. "Rumusnya waktu itu, 5,25% x JCC + 1,35 (FOB/free on board) itu harga di Tangguh.

JCC itu harga minyak mentah di Jepang yang jadi patokan kita waktu itu. Nah, harga JCC-nya dipatok maksimum US$ 26 per barel tidak boleh lebih. Itu yang menyebabkan, harga gas kita ke Fujian dari Tangguh jadi terpatok. Dengan rumus tadi, maka harganya menjadi US$ 2,7 per mmbtu dan tidak bisa naik," papar Jero.

Jero mengatakan, proyek LNG Tangguh, Papua ini disusun di tengah berbagai keterbatasan saat itu, di mana Indonesia tidak dalam posisi tawar yang baik dalam menetapkan rumusan dan harga keekonomian gas yang diekspor dari blok migas tersebut. "Kenapa harganya tidak bisa naik, karena kontraknya bunyinya seperti itu. Saya yakin situasi saat itu juga sulit. Makanya bunyi kontraknya seperti itu. Jadi jangan menyalahkan masa lalu," tegas Jero Melihat kondisi tersebut, diakui Jero, Pemerintah sendiri bukan tanpa usaha untuk memperbaiki harga sehingga posisi tawar Indonesia menjadi lebih baik.

"Tahun 2006 diadakan renegosiasi, dapat sedikit naik, harga JCC-nya dinaikkan menjadi US$ 38 per barel. Dengan rumus itu, maka harga gas kta adalah US$ 3,3 per mmbtu. Itu tahun 2006.
Kemudian tahun 2010, sempat diadakan renegosiasi tapi tidak berhasil. Nah, di 2011, saya menjadi Menteri ESDM bulan Oktober. Salah satu tugas saya memperbaiki lagi harga.
Nah Loh….berhasilkah Jero? Salah satu tugas saya memperbaiki lagi harga ke Fujian, kata Jero. "Bapak Presiden ada pertemuan dengan Presiden Tiongkok. Bapak Presiden ketika itu menyampaikan agar perjanjian yang di Fujian untuk direnegosiasi, masa harga (minyak) dunia sudah US$ 100 per barel, di Fujian masih US$ 38 per barel. Itu kan tidak fair, tidak adil.
Dan yang terbaru kemarin kita berhasil teken renegosiasi di 20 Juni 2013," jelasnya. Kabarnya seperti dilansir Situs Kepresidenan, Pemerintah Indonesia minta harga jual Gas Tangguh tersebut mendekati harga pasar, setidaknya pada kisaran 8 hingga 9 dolar AS per kubik feet.

Dengan harga pada kisaran tersebut, pemerintah akan mendapat pemasukan sebesar Rp 6,2 triliun. Kontrak penjualan Gas Tangguh di Papua dengan RRT pertama kali dilakukan pada era Presiden Megawati, dengan harga 2,4 dolar AS. Harga ini dinilai para pengamat terlalu murah. Tahun 2006, pemerintah merenegosiasi harga tersebut menjadi sekitar 3,4 dolar AS dengan kesepakatan untuk meninjau kembali setiap empat tahun. Saat ini, harga gas alam cair (LNG) di pasar dunia ada pada kisaran 9-13 dolar AS per MMBTU.
Read More...

Strategi tipu-tipu ala Kartika Djoemadi kembali ditiru pendukung Ahok

12 comments

JAKARTA, MEDIAJAKARTA.COM- Strategi tipu-tipu ala Kartika Djoemadi yang digunakan pada Pemilu Presiden 2014 lalu, kembali ditiru pendukung Ahok.
Saat itu, Kartika Djoemadi, Koordinator Jokowi-Ahok Social Media Valunteers (JASMEV) dinilai sudah melecehkan Umat Islam. Menurut Tokoh Muda Muhammadiyah Mustofa Nahrawardaya, Kartika sudah melakukan penipuan yang sudah termasuk penistaan agama. Kartika menipu karena berpura-pura menjadi Muslimah, padahal, Kartika adalah seorang penganut Katolik.
Pola itu kini kembali muncul atau ditiru oleh pendukung Basuki Tjahaja Purnama yang biasa disapa Ahok, yang sudah menyatakan akan kembali mencalonkan diri pada Pilkada DKI 2017 mendatang melalui jalur independen.
Pendukung Ahok yang bergabung dalam Teman Ahok kini tengah berupaya mengumpulkan KTP warga Jakarta agar Ahok bisa lolos menjadi calon gubernur pada Pilkada DKI 2017 mendatang melalui jalur independen. Diwaktu bersamaan, ada juga pendukung mulai melakukan kampanye untuk menarik simpati warga DKI Jakarta yang beragama Islam dengan mengaku dirinya seorang Muslim dan sangat gencar berkampanye di social media.
Tagline yang digunakan oleh tim kampanye Ahok adalah dengan nama “SAYA MUSLIM, SAYA DUKUNG AHOK”. Bahkan untuk meyakinkan, para tim kampanye Ahok ini sengaja mengenakan jilbab. Selanjutnya foto-foto mereka dishare di social media Facebook dan Twitter
Namun strategi tipu-tipu dengan berpura-berpura sebagai muslim, kembali berhasil dibongkar oleh pegiat social media Facebook bernama Andika Toay PS dan Vian Faldyan  (12/3/2015), yang kemudian menshare foto-foto mereka disalah satu group facebook, yang kemudian mendapat perhatian dan komentar para nitizen.
“Jasmev Kartika Jumadi ‘Kembali Beraksi’……!,” tulis M Yusuf yang ikut mengomentari di social media Facebook.
Danny Abdul Jabbar : “Bagaimanapun yg namanya kebohongan, pasti akan kelihatan. Dari Kerudung sama kertasnya juga sdh kelihatan bahwa Ahok Pendusta,”
Hal senada juga disampaikan Rony Sjm : “bgitulah orang2 yg curang,, segala cara dipake, segala dusta dihalalkan,”
Us Hidayat Katik Marajo turut memberikan komentar : KATANYA JANGAN JUAL JUAL AGAMA…. INI APA NAMANYA COBA.. DEMI MENCARI SIMPATI, NON MUSLIM PAKAI JILBAB N TULISAN MACAM ITU… MENYEDIHKAN……….. AGAMA PUN ORANG PUN DIJUAL AMA TEMAN AHOK TAIKERS…..
Danny Abdul Jabbar: “Dia bukan muslim, tapi menyamar sebagai muslim,”
Aan Alexandra menilai tim pendukung Ahok sudah kehabisan akal sehingga menghalalkan segala cara termasuk berpura-pura atau mengaku sebagai seorang Muslim: “Kalo sudah kehabisan pikiran gak usah bwa2 islam buat cari nafkah..kampungan!!!.”
Sementara Rudy Haryanto berpesan, jangan sampai umat Islam Jakarta terpecah seperti Pilpres 2014 lalu karena kerjaan orang-orang yang tidak bertanggungjawab.”Umat islam skrg jgn ampe bse ke pecah deh….nti kejadiannye kaye pilpres/pilgub kmren deh.”
Hingga berita ini ditulis, belum terungkap identitas mereka, tapi foto-foto mereka sudah tersebar di social media
Perhatikan foto-foto mereka berikut ini :
Sumber : http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache%3Amediajakarta.com%2Fstrategi-tipu-tipu-ala-kartika-djoemadi-kembali-ditiru-pendukung-ahok%2F&oq=cache%3Amediajakarta.com%2Fstrategi-tipu-tipu-ala-kartika-djoemadi-kembali-ditiru-pendukung-ahok%2F&aqs=chrome..69i57j69i58.2687j0j4&sourceid=chrome&es_sm=93&ie=UTF-8
Read More...

Jaman Pembantu Rumah Tangga Milyuner Dan Trilliuner

12 comments
Judul di atas kedengarannya sangat sinis dan provokatif. Apakah bisa, seorang pembantu menjadi milyuner, tak perlulah menjadi trilliuner? Dan kalau seorang pembantu adalah trilliuner maka majikannya harus seorang zillioner agar supaya bisa membayar gaji pembantu rumah tangganya itu. Apakah bisa terjadi? Kalau sudah menjadi trilliuner, kenapa masih menjadi pembantu. Bukankah seharusnya dia bisa punya banyak pembantu rumah tangga?

Tentu saja pembantu rumah tangga bisa saja seorang trilliuner. Kata milyuner atau triluner rupiah tidak ada kaitannya sama sekali dengan tingkat kemakmuran atau status ekonomi seseorang. Seorang pembantu rumah tangga di Jakarta tahun 2009, bergaji rata-rata Rp 600.000 per bulan. Ini kalau dikurskan ke rupiah ORI (oeang Repoeblik Indonesia, tahun 1946) maka sama dengan RP 6 milyar ORI. Kalau uang republik tidak pernah mengalami penyunatan angka nol, maka di republik ini para pembantu rumah tangga sudah menjadi milyuner. Ini terjadi dalam kurun waktu 64 tahun. Jadi bukan tidak mungkin dalam kurun waktu 4 dekade lagi, target pembantu bergaji Rp 1 milyar (uang Orba – yang berlaku dari 1965 sampai sekarang).

Kita tidak perlu kecewa karena republik ini hanya menunda pencetakan milyuner-milyuner baru yang terlalu cepat. Kita harus sabar sedikit. Pada saatnya nanti status milyuner akan dimiliki pembantu rumah tangga. Jika kecepatan pertumbuhan uang masih seperti sekarang, maka cita-cita itu akan tercapai pada dekade 2060an. Akan tetapi sebelum status milyuner, para pembantu rumah tangga ini harus melewati tahap jutawan dulu. Dan ini akan dilampauinya setelah tahun 2015 - 2020. Dan status trilliuner bisa dicapai para pembantu rumah tangga pada tahun sekitar 2110. Itu kalau republik ini masih berdiri.

Mungkin pembaca sekalian sulit untuk mempercayai ramalan pembantu milyuner atau trilliuner. Ketidak percayaan ini sama saja kalau nenek saya bangun dari kubur dan melihat pembantu-pembantu sekarang ini, tahun 2010, punya gaji Rp 600.000 per bulan. Dia akan terkaget-kaget melihat gaji setinggi itu. Ketika mereka masih hidup, hanya dalam bilangan ribu rupiah.

Ketika De Javasche Bank didirikan tahun 1828, uang yang diedarkannya hanya 1,12 juta gulden. Kalau anda jutawan waktu itu, maka anda punya De Javasche Bank. Dengan pernyataan ini anda mungkin sudah bisa mengerti bahwa adanya pembantu milyuner itu bisa menjadi kenyataan di masa datang. Uang yang diedarkan De Javasche Bank waktu itu adalah uang kertas dengan garansi perak. Pada waktu itu sudah ada bermacam-macam koin perak dan emas lain yang beredar. Selanjutnya sampai tahun 1922, De Javasche Bank mengedarkan 9 juta gulden. Tentunya dengan tambahan garansi perak atau kolateral. Pertumbuhan uang selama hampir seabad, antara tahun 1828 sampai 1922 kalau dihitung hanyalah 2,2% “saja” per tahun. Adanya kata “saja” adalah untuk memberikan penekanan, karena adanya perbedaan prilaku antara penjajah Belanda dan pemerintah Republik Indonesia merdeka.

Kita lupakan periode jaman penjajahan Jepang yang kacau itu dan datanya pun kacau. Kita maju ke periode berikutnya yaitu periode kemerdekaan. Antara jaman Kemerdekaan, jaman Gunting Sjafruddin sampai jaman Orde Lama, inflasi uang giral dan kartal (M1) rata-rata adalah 62,2%. Pada tahun 1950, uang kartal dan giral yang tersisa dari keputusan Gunting Sjafruddin adalah Rp 4,5 milyar. Dan 9 tahun kemudian menjadi Rp 5.2 milyar (lihat Grafik VII - 3). Jaman ini diakhiri dengan penyunatan satu angka nol yang dimiliki rupiah. Rp 1000 menjadi Rp 100.

Kemudian jaman Orde Lama Sukarno dari tahun 1959 - 1966. Dibandingkan dengan penjajah Belanda, ternyata bapak pendiri negara republik ini sangat suka mencetak uang. Belanda hanya 2,2% pertahun dan bapak pendiri negara republik ini 104,2%. Inflasi rata-rata selama periode ini adalah 104.2%. Inilah jaman Sosialisme Pancasila, Marhaenisme. Uang dicetak untuk disosialkan (apapun arti disosialkan). Sampai akhirnya terlalu banyak jutawan. Rupanya penerus Sukarno, yaitu Suharto merasa bahwa di Indonesia terlalu banyak jutawan kere, kemudian menyunat 3 nol dari rupiah diakhir tahun 1965. Dan uang Rp 1000 menjadi Rp 1.
Grafik VII - 3    Jumlah uang rupiah kartal dan giral (M1) yang beredar

Bapak pembangunan Indonesia, Suharto, yang agak kapitalis. Tepatnya menerapkan kroni-kapitalisme dan sosialisme-hutang yang tidak seganas pendahulunya yang sosialis Pancasila dalam mencetak uang.  Inflasi M1 rata-rata jaman Orde Baru, dari Repelita I (Rencana Pembangunan Lima Tahun I - nama program pembangunan di jaman Suharto) sampai era lepas landas (istilah Suharto untuk program pembangunan 5 tahunannya yang terakhir) dan nyungsep (1966 – 1998), hanyalah 36.2%. Dihampir masa pemerintahan Orde Baru, kroni kapitalisme diterapkan. Hanya dibagian akhir era Suharto, sosialisme hutang diterapkan, dimana hutang-hutang para kroni kapitalis dijadikan beban sosial dengan menstimulasi hiper-inflasi. Pada krisis moneter 1998, inflasi ditinggikan supaya nilai riil hutang yang dimiliki para konglomerat kroni kapitalis menjadi turun. Mekanisme sosialisme hutang otomatis berjalan. Nilai riil tabungan masyarakat (sosial) tergerus. Karena pada dasarnya inflasi adalah memindahkan kekayaan riil penabung ke debitur (penghutang).

Jaman Reformasi agressifitas politikus dalam hal mencetak uang untuk sementara mereda. Inflasi M1 hanya sekitar 16% saja. Ini berarti setiap 4-5 tahun harga-harga akan naik 2 kali lipat. Sekarang bayangkan, bahwa setiap 4-5 tahun gaji pembantu naik menjadi 2 kali lipat. Bisakan tingkat milyuner dicapai ditahun 2065 dan tingkat trilliuner dicapai di tahun 2100an?

Untuk menghitungnya mudah saja. Setiap 5 tahun gaji dikalikan 2 saja. Sehingga kalau tahun 2010 gaji pembantu rumah tangga adalah Rp 600.000, maka tahun 2015 akan menjadi Rp 1.200.00. Dan tahun 2020 menjadi Rp 2.400.000. Kemudian tahun 2025 Rp 4.800.000. Dan seterusnya sehingga menjadi Rp 614 juta di tahun 2060; Rp 1,23 milyar di tahun 2065 dan Rp 1.2 trilliun di tahun 2115.

Ini tidak berarti pembantu menjadi makmur semua. Karena harga-harga juga naik. Buktinya, harga emas (uang sejati) bergerak secara tandem dengan jumlah uang rupiah yang beredar (lihat Grafik VII - 4) Padahal harga emas selalu seiring dengan harga kambing sejak jaman Romawi, jaman nabi Muhammad dulu. Artinya nilai rupiah terus turun sejalan dengan bertambahnya pasokan uang rupiah.

Grafik VII - 4    Supply uang kartal dan giral (M1) sejalan dengan harga emas
Hanya dalam waktu 6,5 dekade semenjak kelahirannya, nilai riil rupiah hanya tersisa 0,0000018% saja.  Perhatikan ada 5 angka nol di belakang desimal. Dibandingkan dengan rupiah tahun 1946, nilai rupiah sudah tergerus hampir semuanya, tepatnya 99,9999982%. Demikian parahnya, untuk mengikuti kemerosotan nilai rupiah harus digunakan grafik semilogaritmik (Grafik VII - 5). Ini adalah cara untuk memperlihatkan penurunan sampai beberapa desimal.
Grafik VII - 5    Penurunan nilai riil rupiah

Sejalan dengan menurunya nilai rupiah dan dollar Amerika Serikat maka angka-angka kemakmuran nominal yang disajikan oleh badan-badan resmi menjadi tidak relevan. Contohnya saja GDP, apakah itu dalam bentuk GDP nominal (dalam US$) atau Purchasing Power Parity (dalam 1990US$), nampak sangat aggressif dibandingkan dengan GDP per kapita Indonesia dalam emas (Grafik VII - 6). GDP nominal dan PPP nampak mengarah untuk naik terus. Tetapi GDP per kapita Indonesia dengan patokan emas dari awal jaman Orde Baru sampai tahun 2010, tidak logaritmik kenaikannya.
Grafik VII - 6    GDP per kapita Indonesia dalam berbagai tolok ukur

Grafik VII - 7 adalah untuk memperjelas Grafik VII - 6, dimana GDP\PPP ditiadakan. GDP dalam US dollar dan dalam gram emas, dimulai pada level yang sama pada tahun 1967, tahun di awal Orde Baru. Nilainya di sekitar 50-60. Empat dekade kemudian, GDP Indonesia per kapita dalam US dollar naik di atas $ 2000 atau naik 400 kali. Sedang dalam gram emas masih bertengger tidak lebih dari 70 gram (Grafik VII - 8). GDP nominal ini dalam dollar Amerika Serikat. Kalau dalam rupiah, kenaikkannya ratusan kali lebih dahsyat lagi. Kalau dilihat kenyataan, GDP dengan tolok ukur emas lebih mencerminkan kenyataan. Misalnya, ayah saya dulu punya rumah dengan luas tanah/bangunan 300m/150m. Yang saya milikipun kurang lebih demikian. Apa yang dulu rata-rata orang punyai, sekarangpun demikian. Tentu saja antara jaman dulu dan sekarang tidak selalu sama, tetapi selalu ada padanannya. Misalnya radio, tv hitam-putih padanannya tv plasma, atau komputer; gramaphone dengan entertainment center; video dengan DVD. Teknologi memungkinkan manusia memperoleh barang-barang dan lebih baik dengan harga yang semakin murah seiring dengan waktu. Tetapi barang-barang yang sudah tidak bisa diup-grade lagi, seperti ayam, telur, kambing, hewan ternak, hasil pertanian, harganya naik seiring dengan inflasi uang yang diedarkan.

Kenaikan GDP/PPP dari $1.000 tahun 1967 ke $4.000 tahun 2009 tidak berarti rumah orang sekarang berukuran 4 kali lebih besar dari pada rumah-rumah orang tahun 1967. Kalau anda bertanya, mewakili apakah GDP/PPP itu? Entah lah. Tanyakan kepada ahli statistik. Kalau anda bertanya seperti itu, kemungkian tanggapannya adalah sangat membingungkan sampai akhirnya anda menyerah. Demikian juga makna jutawan, milyuner, trilliyuner atau zillioner,........tidak ada maknanya selama uang masih bisa dicetak. Untuk memahami hal ini, anda harus membaca lagi bab Pajak, Pungutan, Pemerasan Dan Inflasi.

Mungkin mengatakan bahwa milyuner, trilliyuner atau zillioner, tidak ada maknanya selama uang masih bisa dicetak, tidak sepenuhnya benar. Secara riil bisa saja mereka ini kere, tetapi dari namanya, milyuner, trilliuner atau zillioner kere ini akan layak dipajaki.
Grafik VII - 7    GDP per kapita Indonesia dengan tolok ukur US dollar dan emas
Grafik VII - 8    GDP per kapita Indonesia dengan uang sejati/emas sebagai tolok ukur
Sumber : http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.co.id/2014/10/no53-penipu-penipu-ulung-politikus-dan.html


Read More...